Sabtu, 30 Januari 2010

Kerjakan yang Mudah, Kemudian yang Sulit

“economics first, politics later; easy first, more difficult later” –Wang Yi-

Pendekatan ini merupakan pendekatan yang dilakukan Beijing terhadap Taiwan, seperti yang dikatakan oleh Wang Yi, Kepala Kantor Bidang Taiwan (TAO). Hal ini juga mengacu kepada reunifikasi damai yang digaungkan oleh Cina. Kemudian cara ini juga sejalan dengan “Masyarakat Harmonis” (hexie shehui).

Ekonomi dan Mudah
Pada tanggal 21 Desember 2009, pertemuan tingkat tinggi antara China dan Taiwan diselenggarakan di Taichung. Pertemuan ini menyetujui kesepakatan penting di antara kedua belah pihak. Kesepakatan ini adalah Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) atau sebelumnya disebut Comprehensive Economic Cooperation Agreement (CECA).
Diskusi mengenai Kesepakatan Kerja Sama Ekonomi ini sudah dimulai sejak bulan Februari 2009. Berselang satu bulan, proposal mengenai kesepakatan kerja sama ekonomi ini lahir.
Menurut Terry Cooke, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya kesepakatan ini. Pertama, pembentukan Pondasi Pasar Lintas Selat oleh Wakil Presiden Vincent Siew pada tahun 2000. Kedua, bergabungnya Taiwan dan China ke WTO pada tahun 2001. Ketiga, penandatanganan Closer Economic Partnership Arrangements (CEPA) antara China dan Hong Kong pada tahun 2003. (China Brief, VOLUME IX ISSUE 11, 27 Mei 2009)
Penyebab lainnya yang mendukung kesepakatan ini adalah krisis finansial global. Kemudian China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA) yang mulai diterapkan tahun ini dan dilanjutkan ASEAN+3 FTA pada tahun 2011.
Hal ini menjadi pertimbangan Taiwan dalam bidang ekonomi terutama perdagangan internasional. Dengan diterapkannya FTA, maka akan terjadi perdagangan tanpa tarif. Sedangkan negara yang tidak termasuk dalam FTA akan dikenakan tarif yang tinggi.
Zhao Hong dan Sarah Y. Tong, Research Fellow pada East Asia Institute, berpendapat bahwa bila ECFA terwujud akan membawa keuntungan bagi kedua belah pihak. Dilihat dalam neraca perdagangan lintas selat pada tahun 2008, Taiwan mengalami surplus mencapai AS$ 43 miliar. Taiwan akan dapat mengakses pasar China yang lebih besar. Kemudian hal ini akan membuat citra Taiwan lebih baik di dunia internasional dan dapat membawa dampak yang positif dalam hal investasi asing di Taiwan.


Politik dan Sulit
Setelah mengalami kemajuan hubungan pada bidang ekonomi, Cina sekarang menghadapi bagian yang sulit, yaitu politik dan keamanan. Hal ini dirasa sulit disebabkan oleh adanya Amerika Serikat (AS) yang berada di “belakang” Taiwan.
AS kembali dikritik oleh Cina yang masih meneruskan penjualan senjata kepada Taiwan. Perkembangan terakhir adalah AS sepakat menjual rudal Patriot III dan senjata anti rudal kepada Taiwan. Dengan berlanjutnya penjualan senjata ini, dikhawatirkan akan merusak hubungan antara Cina dan AS.
Menurut Nu Jun, penjualan senjata ini merupakan kesepakatan dari tahun 2008, ketika George W. Bush masih berkuasa dan senjata ini bersifat untuk pertahanan. Kecil kemungkinan hubungan kedua negara rusak hanya karena penjualan senjata ini.
Akan tetapi tampaknya Taiwan masih ingin meneruskan hubungan militernya dengan AS. Hal ini terlihat dari rencana Taiwan untuk membeli Frigate kelas Perry untuk menggantikan Frigate kelas Knox yang sudah mulai berusia lanjut. Alternatif rencana lainnya adalah Taiwan berencana hendak membeli Littoral Combat Ships (LCS), yang berukuran lebih kecil dan bertujuan untuk operasi sepanjang pesisir pantai. LCS ini bernilai sekitar NT$ 15 Miliar (AS$ 468.75 juta).
Menurut Brian T. Kennedy, bila pemerintah AS menginginkan adanya hubungan lintas selat yang damai, maka AS harus menolong Taiwan menciptakan perimbangan kekuatan. Hal ini akan mengarah kepada dialog yang damai tanpa nuklir atau intimidasi militer. Dengan demikian, hubungan antara AS dan Taiwan di bidang militer akan terus berlanjut.
Di lain pihak, pada tanggal 11 Januari 2010, Cina melaksanakan uji coba sistem pertahanan rudal mereka. Hal ini ditengarai merupakan respon Cina terhadap penjualan senjata AS kepada Taiwan. Meskipun pemerintah Cina beranggapan bahwa hal tersebut merupakan murni untuk sistem pertahanan dan tidak ditujukan ke negara manapun. Departemen Pertahanan Taiwan juga melaporkan bahwa jumlah rudal yang diarahkan kepada mereka meningkat menjadi 1.500 rudal.
Seiring dengan meningkatnya perekonomian, Cina mulai perlahan-lahan meningkatkan sistem pertahanan mereka. Belanja militer Cina naik 15,3 persen tahun 2009 menjadi 69 miliar dollar AS. Demi meredakan kekhawatiran yang merebak di luar negeri, Cina selalu menyatakan militernya pada dasarnya bersifat pertahanan. (Kompas, 13/01/10)
Setelah berhasil menuntaskan yang mudah, sekarang saatnya bagi Cina untuk menghadapi hal yang sulit. Hubungan tiga pihak antara Cina-Taiwan-AS sebaiknya menguntungkan bagi ketiga pihak dan dunia internasional.

Tidak ada komentar: