Rabu, 29 Desember 2010

Senjata Rahasia Cina

Bila Timur Tengah memiliki minyak, maka Cina memiliki rare earth (mineral langka)…Deng Xiaoping

Pada September 2010 lalu, kembali terjadi insiden antara Cina dan Jepang yang berakhir pada penangkapan nelayan Cina oleh kepolisian Jepang. Hal ini menyebabkan hubungan kedua negara kembali menegang. Cina “mengancam” akan berhenti mengekspor mineral langka ke Jepang. Mineral langka menjadi “senjata rahasia” dalam bernegosiasi dengan Jepang.

Mineral Langka
Mineral langka ini sebenarnya tidak se-”langka” namanya, karena cadangan dari mineral ini sebenarnya melimpah seperti nikel. Akan tetapi, mineral ini sangat sulit untuk digali dan dieksploitasi. Menurut Badan Survei Geologi AS (USGS), cadangan mineral ini mencapai 99 juta ton. Cina memiliki 36 juta ton dan AS memiliki cadangan sebesar 13 juta ton. Kemudian Rusia dan negara pecahan Uni Soviet memiliki cadangan sebesar 19 juta ton, 5.4 juta ton di Australia dan 3.1 juta ton di India.
Tambang mineral langka di Cina terletak di utara dan selatan dari Propinsi Mongolia Dalam. Akhir tahun 2010 lalu, Departemen Sumber Daya Alam dan Tanah Propinsi Hubei menemukan tambang mineral langka di daerah Shiyan. Pemerintah Cina berencana untuk mencegah terjadinya penambangan illegal di Kota Longba, Shiyan. Para ahli geologi Cina juga menemukan 12 lokasi tambang mineral langka di wilayah Zhushan yang masih termasuk dalam daerah Shiyan, Propinsi Hubei.
Tambang mineral langka di Cina menghasilkan lima mineral menengah dan berat yang merupakan 96% dari cadangan dunia, adapun kelima mineral yang kerap dibutuhkan oleh dunia adalah dysprosium, terbium, neodymium, europium and yttrium.
Kegunaan dari mineral langka ini bermacam-macam, misalnya neodymium digunakan pada komputer dan telepon selular, erbium digunakan untuk membuat filter fotografi dan serat optik, cerium sebagai bahan pendukung pembuatan oven, dysprosium ditemukan pada cakram padat dan mobil hibrida, holium merupakan bahan pembuatan laser dan alat kontrol pada reaktor nuklir, lanthanum dan cerium digunakan di pengilangan minyak dan produksi kaca.

Kegelisahan Jepang
Pemberhentian ekspor ke Jepang cukup membuat negara matahari terbit ketar-ketir. Karena salah satu produk mobil hibrida buatan Toyota, Prius, menggunakan mineral langka dalam prosesnya.
Menurut Pusat Informasi Statistik Cina yang terletak di Hongkong, Cina telah mengekspor 2.090 ton mineral langka pada bulan November, ekspor tersebut setara US$ 121 Juta. Berdasarkan data Kementrian Perdagangan Cina, Cina telah mengekspor 16.000 ton dalam sembilan bulan pertama pada tahun 2010, setara dengan 49.8% total ekspor mineral langka. Sedangkan ekspor menuju AS sebesar 5,5% dari tahun ke tahun, yang mencapai 62 juta ton, setara dengan 19% total ekspor mineral langka.
Melihat data di atas, ketergantungan Jepang terhadap pasokan mineral langka dari Cina sangatlah besar. Hal ini menjadi pertimbangan sendiri bagi Jepang ketika Cina akan memberhentikan pasokannya menuju negara yang dipimpin oleh Naoto Kan tersebut.

Alat Tawar?
Zhu Hongren, Menteri Industri dan Teknologi Informasi, menegaskan bahwa tidak akan memakai mineral langka sebagai alat tawar. Hal ini disebabkan oleh mineral langka merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan akan bersama-sama dengan negara lain di dunia terkait dengan penggunaannya.
Akan tetapi Cina perlahan-lahan membatasi ekspor mineral langka ke negara lain. Sejak tahun 2006, Cina telah mengenakan pajak ekspor sebesar 15% untuk mineral langka tingkat rendah seperti lanthanum dan cerium dan 25% untuk mineral langka tingkat berat seperti dysprosium dan terbium. Pada bulan Juli 2010, Cina mengurangi jatah ekspornya mencapai 72 %.
Mulai Januari 2011, Cina meningkatkan tarif ekspor dan impor untuk beberapa komoditi, termasuk mineral langka. Sementara itu, negara yang telah memberlakukan kesepakatan pasar bebas dengan Cina mendapatkan keuntungan tarif yang lebih rendah yakni negara anggota ASEAN, Chile, Pakistan, Selandia Baru, Peru, Korea Selatan dan India.
Pembatasan yang dilakukan oleh Cina bukannya tanpa alasan, Zhang Peichen, Deputi Institut Riset Mineral Langka Baotou, mengatakan bahwa penggunaan mineral langka di dalam negeri Cina akan lebih besar daripada yang akan diekspor ke negara lain.
Alasan lainnya yang menyebabkan Cina melakukan pembatasan adalah rusaknya ekosistem yang disebabkan oleh eksploitasi masif terhadap mineral langka tersebut. Dalam melakukan eksploitasi mineral ini menggunakan cairan kimia berbahaya bagi lingkungan sekitarnya, yang menyebabkan cadangan air dan kesehatan masyarakat terancam. Oleh karena itu, pemerintah Cina mulai melakukan kontrol ketat terhadap eksplorasi, produksi dan perdagangan mineral langka.
Tidak tertutup kemungkinan bagi Cina untuk menjadikan mineral langka ini sebagai alat tawar dan menjadi bagian kekuatan lunak selain kekuatan ekonomi dan penyebaran bahasa dan budaya yang sudah mendunia.