Jumat, 05 Juni 2009

Anti Neoliberalisme di Cina

Sikap anti neoliberalisme ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Sikap yang serupa juga terjadi di Cina, yang disuarakan oleh kalangan intelektual ”kiri baru”.
Dengan diberlakukannya kebijakan reformasi dan keterbukaannya, Cina membiarkan tumbuhnya pasar dan pengusaha swasta yang terkungkung pada masa Mao Zedong. Kemudian Cina juga memberlakukan “Zona Ekonomi Khusus” (Special Economic Zones) untuk mengakomodir para investor asing yang ingin menanamkan modalnya di Cina. Tidak lupa Cina juga memprivatisasi perusahaan milik negara yang sudah bangkrut atau hampir bangkrut. Pada tahun 2001, Cina juga menjadi bagian dari WTO. Kemudian pada tahun 2002, Cina mengijinkan para pengusaha swasta untuk bergabung dalam Partai Komunis Cina (PKC). Bila diilihat dari langkah-langkah yang diambil Cina selama 30 tahun terakhir ini, Cina bergerak ke arah neoliberalisme yang mengedepankan ekonomi pasar bebas.
Menurut tulisan dari Bo Zhiyue dan Chen Gang dalam East Asian Institute Bulletin edisi Maret 2009, kaum neoliberal di Cina menginginkan negara mengurangi peranannya demi bertumbuhnya ekonomi pasar. Beberapa tokoh neoliberal menjadi penasehat bagi para pemimpin di Cina, termasuk mantan Perdana Menteri Zhu Rongji. PM Zhu Rongji mempercepat reformasi dan memiliki peranan dalam bergabungnya Cina ke WTO. Semasa menjabat menjadi perdana menteri, ia juga membuat sekitar 10 juta buruh perusahan milik negara kehilangan pekerjaannya akibat kebijakan privatisasi. Ideologi “Tiga Perwakilan” yang diterapkan oleh Jiang Zemin, merupakan keberhasilan dari kaum neoliberal untuk melegitimasi pengusaha swasta untuk masuk dalam PKC.
Kalangan neoliberal di Cina terpengaruh oleh Ronald Reagan dan Margaret Thatcher yang menekankan pada meminimalisir intervensi negara dan memaksimalkan pasar bebas. Pengaruh lainnya datang dari pemikir-pemikir lainnya seperti Keith Joseph, Enoch Powell, Friedrich Hayek, dan Milton Friedman. Contoh pengaruhnya seperti pemikiran dari Deng Xiaoping yang membiarkan beberapa orang untuk menjadi kaya (let some get rich first, so others can get rich later) hampir mirip dengan trickle down effect dari Ronald Reagan.
Perubahan ini tidak hanya membawa dampak yang positif, tapi juga membawa dampak yang negatif. Dampak negatif ini seperti jarak yang semakin melebar antara kaya dan miskin. Kemudian ketimpangan antara desa dan kota, semakin banyak petani yang putar haluan menjadi buruh migran dan mengadu nasib di kota-kota besar. Pelayanan kesehatan yang semakin mahal dan pencemaran lingkungan. Dampak-dampak negatif ini yang menandakan kemunculan dari gerakan inteektual baru di Cina, yakni kiri baru (New Left). Krisis finansial yang sekarang melanda dunia sekarang ini semakin mendorong kiri baru untuk menyuarakan kritiknya terhadap pemerintah.

Kiri Baru
Kemunculan kaum kiri baru ini disebabkan oleh dampak negatif akibat ekonomi pasar yang ditetapkan oleh Cina selama 30 tahun terakhir ini. Kaum intelektual kiri baru memiliki pemikiran yang berseberangan dengan kaum neoliberal. Tetapi pemikirannya juga berbeda dengan komunisme. Hal ini lah yang menyebabkan kaum intelektual ini disebut dengan kiri baru.
Sebutan kalangan ini dibilang “baru” karena berbeda dengan kiri lama (old left), mereka mendukung reformasi pasar. Kemudian dibilang “kiri” karena berbeda dengan kanan baru (new right), mereka mengkritik tentang ketimpangan (inequality). Tetapi kalangan intelektual kiri baru ini lebih memilih disebut dengan Kiri Liberal (Liberal Left).
Golongan ini terdiri dari beberapa grup yaitu beberapa menekankan kepada peran negara, sementara yang lainnya menekankan pada nasionalisme, keadilan sosial, dan eksperimen Maois. Pemikir-pemikir dari kalangan kiri baru ini seperti Wang Hui yang ingin negara memainkan peran yang lebih besar dalam mencegah ketimpangan. Wang Shaoguang ingin pelayanan kesehatan yang murah. Cui Zhiyuan memikirkan tentang reformasi hak milik pribadi. Hu Angang ingin perkembangan hijau (green development). Menurut Mark Leonard, dalam Prospect Magazine Issue 144, March 2008, mengatakan bahwa pemikiran dari kalangan intelektual kiri baru ini ingin mengembangkan sosial demokrasi ala Cina.
Para intelektual dari golongan ini banyak yang menimba ilmu di barat. Seperti Cui Zhiyuan dan Gan Yang yang mendapatkan gelar Ph.d dari Universitas Chicago, kemudian Wang Shaoguang menyelesaikan gelar doktornya di Universitas Cornell.

Pengaruh
Kritik-kritik dari kalangan intelektual ini dilancarkan melalui internet. Dengan menggunakan internet, kritik-kritik dapat langsung dibaca pada saat itu juga. Salah satu situs internet yang terkenal yang sering dikunjungi adalah Utopia. Selain internet, mereka juga mengeluarkan jurnal-jurnal seperti Dushu, Tianya, Ershi yi shiji, Res Publica, Yanhuang Chunqiu, Nanfang Zhoumo. Melalui jurnal-jurnal inilah mereka menyampaikan kritik, debat, berbagi saran, sampai mempengaruhi kebijakan pemerintah.
Li He dalam esainya yang dimuat dalam East Asia Institute Background Brief No. 401 (26/08/08), menyampaikan pengaruh yang diberikan oleh kalangan intelektual ini. Pertama, diskursus yang disampaikan oleh mereka meningkatkan kesadaran publik akan konsekuensi terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Cina. Kedua, debat-debat yang dilancarkan oleh kalangan ini memperkenalkan cara berpikir yang baru kepada para pengambil keputusan dan menambah pilihan alternatif kebijakan yang lain. Ketiga, meskipun Cina tidak mengklaim dirinya liberalisme atau kiri baru, diskursus yang disampaikan masing-masing kalangan intelektual ini menambah ide-ide, saran dan pendekatan yang baru yang dapat dipertimbangkan oleh para pemimpin di Cina.
Bila dilihat dari kebijakan yang diambil pada masa Hu Jintao dan Wen Jiabao dari tahun 2002 sampai sekarang. Perubahannya terlihat semakin menyeimbangkan ke “kiri”. “Masyarakat Harmonis” dan “Pembangunan Berciri Ilmiah” yang menjadi tema pembangunan Cina pada masa kepemimpinan Hu-Wen bertujuan untuk memperpendek jarak antara golongan kaya dan miskin. Kemudian pada tahun 2008, Cina memberlakukan reformasi di pedesaan. Dilanjutkan pada tahun 2009, Cina mereformasi pelayanan kesehatannya agar masyarakat di pedesaan mendapatkan pelayanan kesehatan yang murah, obat-obatan yang terjangkau harganya, dan memberikan asuransi kepada masyarakat baik di desa maupun di kota.
Kalangan intelektual ini masih dapat berkembang menjadi lebih besar dan memperluas pengaruhnya. Bukan tidak mungkin salah satu pemikir dari kalangan ini bisa menempati posisi penting dalam pemerintahan Cina. Mari kita lihat bagaimana perkembangan Cina dan kalangan kiri baru ini pada masa yang akan datang.