Sabtu, 27 Desember 2008

30 TAHUN REFORMASI RRC : IDEOLOGI

Rahmadanu Pradityo


Sejak Sidang Pleno Ketiga dari Kongres ke-11 Komite Pusat PKC, RRC memulai reformasi ekonomi. Dengan dimulainya reformasi dan keterbukaan, RRC yang pada awal berdirinya, memulai pembangunan ekonomi dengan sistem ekonomi terpusat, kini menggunakan sistem ekonomi pasar. Tujuan utama dari pemerintah RRC adalah pertumbuhan ekonomi. Dapat dilihat bahwa setelah dimulainya reformasi ekonomi, perekonomian RRC melesat jauh meninggalkan negara-negara berkembang lainnya. Akan tetapi pertumbuhan ekonomi berdasarkan ekonomi pasar sebenarnya bertentangan dengan ideologi komunisme yang dianut oleh RRC.

Pemerintah RRC berusaha keras untuk menyelesaikan perdebatan ideologi ini. Menyebabkan munculnya dua kubu, yaitu kubu non-reformis dan kubu reformis. Kubu non-reformis tidak menginginkan perekonomian RRC didasarkan pada sistem ekonomi pasar, melainkan pada sistem ekonomi terpusat. Sedangkan kubu reformis berpandangan sebaliknya. Kubu ini berpendapat bahwa sistem ekonomi terpusat tidak membawa kemajuan pada perekonomian RRC. Oleh karena itu, diperlukan sistem ekonomi yang membuka peluang bagi adanya persaingan dalam pasar. Karena hanya dengan adanya persaingan dalam pasar, maka perekonomian RRC dapat berkembang.

Perdebatan ideologi di atas ini mendorong pemerintah RRC untuk melakukan suatu ”modifikasi” ideologi. Modifikasi ini dilakukan pemerintah RRC untuk mengabsahkan RRC menjadi negara yang berideologi komunis dengan sistem ekonomi pasar. Modifikasi ini juga mendorong pemerintah RRC untuk melakukan amandemen pada konstitusinya. Modifikasi ideologi dan amandemen konstitusi yang dilakukan RRC sangat besar pengaruhnya bagi perekonomian Cina.

Modifikasi Ideologi RRC

Pada tahun 1978, Deng melakukan dekolektivisasi. Komune di seluruh wilayah RRC dibubarkan, sehingga tidak ada lagi hak milik bersama, yang ada hanyalah hak milik pribadi. Dekolektivisasi berubah menjadi sistem tanggung jawab yang memberikan kekuasaan penuh kepada petani untuk berproduksi. Memang jika ditinjau dari segi ekonomi, sistem ini meningkatkan sektor pertanian secara cepat, tetapi bila dilihat dari sisi ideologisnya, pembubaran komune dan ditetapkannya sistem hak milik pribadi menjadi indikator bahwa negara yang memberlakukan sistem tersebut bukan negara komunis. Oleh karena itu, Deng membutuhkan solusi untuk menyelesaikan perdebatan mengenai sistem ekonomi tersebut.

Maka pada Kongres XIII PKC tahun 1987, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Zhao Ziyang mengemukakan RRC masih ada pada ”Tahap Awal Sosialisme”. Penyelesaian persoalan ideologi dengan cara seperti ini dikatakan ”lihai” karena pemerintah RRC berharap pernyataan Zhao ini dapat meyakinkan kubu non-reformis dan rakyat RRC, masih tetap merupakan negara sosialis di bawah kekuasaan PKC, yang belum sampai pada tahap lanjut penguasaan total alat produksi oleh kaum proletar. Oleh sebab itu, pada tahap ini setiap orang masih boleh memiliki modal dan alat produksi. Hal ini diperkuat dengan tujuan utama ”Tahap Awal Sosialisme” yaitu perkembangan ekonomi, sehingga fenomena kapitalisme seperti kepemilikan perusahaan swasta masih memiliki peranan positif. Sosialisme tahap awal ini memerlukan waktu 100 tahun untuk berkembang ke tahap selanjutnya.

RRC membutuhkan sistem ekonomi pasar untuk memajukan perekonomiannya. Maka pemerintah RRC mencanangkan konsep baru, yaitu ”Ekonomi Pasar Sosialis”. Menurut I.Wibowo dalam bukunya Belajar dari Cina, hal ini bertujuan untuk tetap meyakinkan orang yang anti-kapitalisme bahwa RRC masih memegang teguh perjuangan sosialismenya. Sedangkan di telinga investor asing atau orang di luar RRC, istilah itu juga sudah terasa cukup meyakinkan bahwa RRC tidak lagi memeluk komunisme. Dari kedua konsep di atas muncullah konsep ”Sosialisme Dengan Karakteristik Cina”, yang dijadikan sebagai pedoman pembangunan perekonomian RRC pada saat itu.

Guna mengabsahkan konsep-konsep di atas, diperlukan sebuah kerangka pemikiran yang jelas, yang disahkan pada Kongres PKC ke-14 pada tahun 1992. Kerangka pemikiran ini disebut ”Teori Deng Xiaoping” (Deng Xiaoping Lilun). Sama halnya dengan ”Pemikiran Mao Zedong (Mao Zedong Sixiang) yang digunakan untuk melengkapi pemikiran dari Marx maupun Lenin.

Pada Kongres PKC ke-15 tahun 1997, Jiang Zemin kembali menegaskan bahwa RRC masih dalam ”Sosialisme Tahap Awal”. Konsep ”Sosialisme Tahap Awal ini adalah tahap dimana ekonomi RRC pada tingkat awal. Tujuan tahap ekonomi ini adalah menuju keberhasilan ekonomi yang berdasarkan kekuatan produktivitas masyarakat RRC.

Setelah disahkannya Teori Deng Xiaoping, sekarang giliran Jiang Zemin yang mengumumkan konsepnya sendiri. Pada tahun 2000, Jiang mengeluarkan konsep baru yakni ”Tiga Perwakilan” (San Ge Daibiao). Pada waktu itu, Jiang mengadakan perjalanan ke Guangdong dan mempropagandakan konsep tersebut. Konsep ini disebut sebagai ”Tiga Perwakilan” (San Ge Daibiao), karena dalam konsep ini, partai mewakili ”kekuatan produktivitas termaju, kebudayaan yang termaju dan minat dasar dari masyarakat RRC”. Konsep ini merupakan pengakuan PKC terhadap sektor non-negara di bidang ekonomi. PKC juga melegitimasi pengusaha swasta sebagai anggota partai. Sejak saat itu, kampanye ”Tiga Perwakilan” mendominasi media massa dan menjadi topik pembicaraan yang hangat dalam kelompok-kelompok diskusi di RRC. Dari Februari sampai November 2000, Harian Rakyat (Renmin Ribao) mencetak lebih dari 200 halaman tentang konsep ”Tiga Perwakilan” dan segala macam laporan bagaimana konsep tersebut disebarluaskan di seluruh RRC. Sekitar satu setengah tahun kemudian, tepatnya pada Peringatan Hari Ulang Tahun PKC ke-80 tahun 2001, Jiang mengulangi kembali konsepnya tentang ”Tiga Perwakilan”. Lalu pada Kongres PKC ke-16 tahun 2002, Jiang berhasil memasukkan ajarannya tersebut ke dalam konstitusi Partai.

Kemudian pada era Hu Jintao dan Wen Jiabao sekarang ini, konsep ”Masyarakat Harmonis” (Hexie Shehui) menjadi konsep terdepan yang digaungkan di RRC. Pada 8-11 Oktober 2006, Sidang Pleno Keenam, Komite Pusat PKC, ditetapkan konsep ”Masyarakat Harmonis” (Hexie Shehui). Konsep ini bertujuan untuk mengecilkan kesenjangan antara masyarakat kaya dan miskin di RRC. Hal ini merupakan efek negatif dari reformasi ekonomi yang dilakukan RRC 30 tahun yang lalu. Tetapi konsep ini bila dilihat dari sisi ideologis berlawanan dengan konsep komunis, yaitu pertentangan kelas. Bila diciptakan suatu masyarakat yang harmonis, maka tidak ada lagi pertentangan kelas antara kaum proletar dan borjuis.

Konsep lainnya yang juga dipropagandakan adalah ”Pembangunan Berciri Ilmiah” (Kexue Fazhan). Konsep ini berdasarkan tiga pemikiran penting dari tiga generasi sebelumnya yaitu Marxisme-Leninisme, Pemikiran Mao Zedong, Teori Deng Xiaoping, dan ”Tiga Perwakilan”. Tujuan ”Pembangunan Berciri Ilmiah” (Kexue Fazhan) adalah untuk mengurangi pencemaran lingkungan yang semakin parah di RRC.

Modifikasi-modifikasi ideologi yang dilakukan oleh RRC sejak tahun 1978-2008 dapat dikatakan bersifat pragmatis. Karena para pemimpin RRC mengeluarkan kebijakan-kebijakan tersebut berdasarkan kondisi dan keadaan RRC pada saat itu. Setelah melihat modifikasi-modifikasi terhadap ideologi RRC ini, dapat dilihat bahwa ideologi ini masih dapat dimodifikasi atau bahkan 100% berubah. Sampai kapan RRC melakukan modifikasi ini atau akan terus menggunakan ideologi ”Sosialisme Berkarakteristik Cina”, hanya waktu yang bisa menjawabnya.



I. Wibowo, Negara & Masyarakat : Berkaca dari Pengalaman Republik Rakyat Cina, (Jakarta : Gramedia, 2000), hal 77


Susan Young, ”The Private Sector in China’s Economic Reforms” dalam Christopher Hudson, China’s Handbook, (Chicago & London : Fitzroy Dearborn Publishers, 1997), hal. 157


Richard Baum, “The Fifteenth Party Congress : Jiang Takes Command”, The China Quarterly, No. 153, (March, 1998), hlm. 143


Zheng Yongnian, “Technocratic Leadership, Private Entrepreneurship, and Party Transformation in the Post-Deng Era” dalam John Wong and Zheng Yongnian (eds), China’s Post-Jiang Leadership Succession : Problems and Perspectives, (Singapore : Singapore University Press and World Scientific Publishing. Co. Pte, Ltd, 2002), hlm. 116


I. Wibowo, “Party Recruitment : From Crisis to Private Entrepreneurs” dalam Wang Gungwu and Zheng Yongnian, Damage Control : The Chinese Communist Party in the Jiang Zemin Era, (Singapore : Eastern Universities Press, 2003), hlm. 198

Kamis, 13 November 2008

REFORMASI PEDESAAN DI RRC


Pada tahun 2008 ini, beberapa peristiwa besar yang telah terjadi dan dilewati oleh RRC, mulai dari bencana salju dan hujan deras yang melanda bagian selatan RRC pada bulan Februari dan Maret, kemudian pada tanggal 12 Mei terjadi gempa bumi di Sichuan, lalu bulan Agustus, RRC menyelenggarakan perhelatan akbar dunia yakni Olimpiade dan Paraolimpiade di Beijing, dan sukses mengirim 3 Taikonot ke luar angkasa dengan Shenzhou VII. Bencana pencemaran susu oleh melamin ikut menghebohkan RRC, yang membuat 4 bayi meninggal dan ribuan lainnya mengalami gagal ginjal. Tidak ketinggalan krisis finansial global yang melanda dunia juga ikut mempengaruhi RRC. RRC tidak gentar menghadapi peristiwa-peristiwa tersebut, tetapi justru dapat melaluinya dengan baik.

Terdapat agenda penting yang belum disebutkan di atas, yaitu Reformasi Pedesaan yang dilaksanakan RRC pada pertengahan bulan Oktober lalu. Reformasi pedesaan ini selalu menjadi agenda penting bagi para pemimpin RRC. Karena melalui reformasi pada sektor pedesaan ini, RRC mulai menapaki jalan reformasi pada bidang ekonomi. Tepatnya pada bulan Desember 1978, diumumkanlah kebijakan “Reformasi dan Keterbukaan” oleh Deng Xiaoping yang membuat perekonomian RRC melesat jauh.

Akibat reformasi ini perekonomian pada sektor perkotaan berkembang dengan pesat, sedangkan perekonomian pada sektor pedesaan menjadi tertinggal. Hal ini menyebabkan terjadinya kesenjangan antara kota dan desa.

Sebenarnya RRC sejak tahun 1980an, sudah melaksanakan konferensi kerja setiap tahun untuk membahas masalah pertanian untuk tahun berikutnya. Hal ini secara kontinu dilakukan oleh RRC. Pada bulan Desember 2007, telah dilaksanakan konferensi kerja untuk membahas reformasi pedesaan yang berlangsung pada bulan Oktober 2008.

Nilai investasi untuk reformasi ini, sebesar 100 Miliar Yuan atau senilai dengan US$ 13.9 Miliar. Nilai ini meningkat dari tahun 2007, yaitu 80 Miliar Yuan. Hal ini menunjukkan bahwa RRC tidak main-main dalam melakukan reformasi pada tingkat pedesaan.

Rapat Pleno ke-3, Komite Pusat PKC ke-17

Rapat Pleno ke-3, Komite Pusat PKC ke-17 yang dilaksanakan pada tanggal 9-12 Oktober 2008 di Beijing, menghasilkan keputusan untuk mereformasi pada tingkat pedesaan di RRC. Rapat yang dihadiri oleh 202 anggota tetap dan 166 anggota tidak tetap dari Komite. Kemudian tidak ketinggalan sejumlah delegasi yang bekerja pada tingkat akar rumput yang bergerak di bidang pengembangan pertanian dan pedesaan yang hadir dalam rapat tersebut. Para ahli yang mendalami bidang pertanian, pedesaan dan petani juga menghadiri rapat tersebut. Bila dilihat dari para peserta yang hadir dalam rapat tersebut, RRC terlihat sangat serius untuk melakukan reformasi di tingkat pedesaan.

Rapat tersebut juga menghasilkan beberapa “kewajiban” yang harus dilakukan untuk melakukan reformasi : pertama, menguatkan posisi dari pertanian sebagai fondasi dari pembangunan ekonomi nasional dan melakukan penyediaan pangan untuk 1.3 Miliar penduduk RRC. Kedua, melindungi hak-hak dari petani dan merealisasikan, melindungi dan memperluas minat dari para petani. Ketiga, membebaskan dan mengembangkan kekuatan produktif di desa-desa. Kelima, memberikan perhatian penuh dan menyeluruh pada tingkat pedesaan dan perkotasan. Keenam, Menegakkan peran partai sebagai pimpinan dari pengembangan pedesaan.

Reformasi di Segala Bidang

Reformasi yang dilakukan oleh RRC tidak hanya berkutat pada bidang pertanian saja, melainkan juga mencakup reformasi di segala bidang seperti ekonomi, pendidikan, kesejahteraan sosial, dan lain sebagainya.

Reformasi pada bidang ekonomi terlihat pada perubahan yang diusung RRC mengenai perbedaan pendapatan antara penduduk kota dan penduduk desa. Peningkatan pendapatan penduduk desa dirasakan sangat perlu untuk meminimalisir ketimpangan yang ada. Pendapatan per kapita di pedesaan pada tahun 2007 sebesar 4.140 yuan atau US$ 605.6, pendapatan dari tahun ke tahun sebesar 9.5 %. Pada tahun 2008 ini, ditargetkan peningkatan sebesar 6 %. Kemudian RRC juga ingin meningkatkan tingkat konsumsi oleh masyarakat desa dan mengeliminasi kemiskinan pada tahun 2020.

Reformasi pedesaan ini tidak terlepas dari reformasi di bidang kebudayaan. Reformasi di bidang kebudayaan ini menitikberatkan pada media. Televisi, radio, dan film diharapkan lebih mudah masuk dan dapat dinikmati oleh masyarakat desa. Kemudian mendirikan lebih banyak pusat komunitas kebudayaan di desa-desa.

Pendidikan merupakan elemen penting yang menjadi salah satu tujuan reformasi pedesaan. RRC mendorong organisasi-organisasi yang berada di perkotaan untuk turun ke pedesaan untuk memberikan pengetahuan ilmiah dan pemberantasan buta huruf. Membantu masyarakat desa untuk menghilangkan takhayul dan membangun masyarakat harmonis yang menjunjung persamaan gender dan kejujuran. RRC berusaha meningkatkan level pendidikan di pedesaan terutama bagi anak-anak yang ditinggal oleh orang tuanya untuk bekerja di kota dan anak-anak yang berasal dari keluarga miskin. RRC juga menyediakan tenaga profesional di tingkat kabupaten untuk melatih para petani dan mendorong para mahasiswa untuk kembali ke desa untuk bekerja. Tidak ketinggalan peningkatan kualitas dari guru di pedesaan, diikuti dengan peningkatan gaji dan tempat mereka bekerja.

Perubahan pada bidang kesejahteraan sosial terlihat pada pembangunan institusi-institusi kesehatan di desa-desa. RRC juga mendorong untuk memperbaiki sistem penanganan bencana alam dan mendorong kesejahteraan sosial terutama kepada orang tua, orang cacat, orang miskin dan anak yatim.

Komponen penting lainnya yang menjadi bagian dari program reformasi ini adalah pemberantasan korupsi di desa-desa. Terutama yang dilakukan oleh sekretaris partai yang berada di wilayah pedesaan.

Hambatan

Reformasi pedesaan di RRC ini tidak selalu lancar seperti air yang mengalir, tetapi banyak hambatan yang membuat jalan menuju reformasi pedesaan ini terasa sulit. Karena hambatan tersebut terlihat tidak sedikit dan secepatnya harus diatasi.

Hambatan tersebut adalah : pertama, infrastruktur pertanian dan alat-alat pertanian yang kuno. Kedua, berkurangnya tanah yang dapat ditanami, pengaruh dari perubahan iklim global, dan meningkatnya frekuensi dari bencana alam. Ketiga, pekerjaan sosial dan pelayanan publik yang sangat rendah. Keempat, perbedaan pendapatan antar penduduk kota dan desa yang semakin besar. Kelima, beberapa unit pada tingkat akar rumput sangat lemah. Keenam, sistem ekonomi di pedesaan yang wajib diperbaiki. Ketujuh, produksi dan operasional pertanian yang harus dikelola lebih baik. Kedelapan, sistem pemasaran untuk produk pertanian, sosialisasi sistem pelayanan pendukung dan pengamanan pertanian nasional wajib ditingkatkan. Kesembilan, kurangnya pembangunan ekonomi integral antara kota-desa.

Dengan bercermin kepada RRC yang tetap melakukan reformasi pedesaan. Sebaiknya Indonesia juga ikut melakukan reformasi di tingkat pedesaan, yang keadaannya harus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah. Terutama desa-desa yang berada jauh di pedalaman.

Jumat, 31 Oktober 2008

HUKOU


Fenomena urbanisasi pasca lebaran merupakan hal yang lazim muncul di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini selalu menimbulkan masalah di kota-kota besar yang menjadi tujuan para penduduk desa. Contoh masalahnya seperti : pengangguran bertambah di daerah perkotaan, penduduk perkotaan yang semakin meningkat, dan lain-lain.

Tujuan utama para penduduk desa adalah mengadu nasib dengan mencari pekerjaan di kota. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, yaitu mereka bukan mendapat pekerjaan, melainkan menambah pengangguran di daerah perkotaan. Hal seperti ini merupakan hal yang tidak dapat dihindari lagi, maka diperlukan tindakan untuk mencegah atau mengontrol perpindahan penduduk dari desa ke kota.

Urbanisasi merupakan fenomena yang lazim terjadi pada negara-negara berkembang terutama sebagian besar negara di Asia. Cina yang dalam 30 tahun terakhir yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat ini, tidak terlepas dari masalah urbanisasi.

Cina memiliki cara tersendiri untuk mengontrol migrasi penduduk atau buruh, yaitu dengan hukou. Hukou adalah sebuah sistem registrasi rumah tangga, setiap warga negara harus mendaftarkan diri pada tempat tinggal permanennya. Sistem ini melarang perubahan tempat tinggal permanennya dan secara ketat membatasi batas waktu untuk tinggal di kota. Pada awalnya hukou adalah sebuah alat untuk mengontrol migrasi. Kemudian berkembang menjadi sebuah institusi sosial yang membagi masyarakat Cina ke dalam 2 bagian sesuai dengan status hukou mereka, yaitu ”pertanian” dan ”non-pertanian”. Pada tahun 1970, sekitar 16 % memiliki hukou ” pertanian” dan mayoritas lainnya memiliki hukou ”non-pertanian”. Setiap warga negara bisa mendapatkan hukou ”non-pertanian” dengan menjadi pegawai negeri atau memiliki jabatan yang lebih tinggi, bisa juga menjadi mahasiswa. Tetapi kasus seperti ini jarang sekali terjadi. (Hein Malee, 2000).

Hukou sudah diterapkan sejak zaman Mao Zedong, dan terbukti dapat mengurangi migrasi penduduk dari desa ke kota. Mao juga menetapkan komune-komune di pedesaan yang memaksa para penduduk desa untuk tinggal dan bekerja untuk komunenya, jadi migrasi penduduk juga berkurang.

Setelah diumumkannya Reformasi dan Keterbukaan oleh Deng Xiaoping pada tahun 1978, perubahan terjadi di berbagai bidang. Kebijakan ini juga yang menyebabkan migrasi penduduk semakin besar. Pada tingkat pertanian diterapkan dekolektivisasi atau pembubaran komune, yang diganti dengan sistem kontrak. Petani diberikan kebebasan untuk menanam sesuai dengan kontrak yang disetujui antara petani dengan pemerintah. Petani tidak lagi terikat dengan negara.

Reformasi ini juga menandakan masuknya sistem pasar ke Cina, yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Cina meningkat dengan pesat. Pembangunan ekonomi yang cepat ini menyebabkan perbedaan pertumbuhan antara kota dan desa. Hal ini juga yang menyebabkan para penduduk desa ingin mencari pekerjaan ke kota. Sedangkan dari sudut pandang kota, tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan yang cepat memerlukan tenaga kerja yang tidak sedikit. Oleh karena itu, migrasi penduduk desa memang dibutuhkan untuk mengisi kekurangan buruh di perkotaan.

Pemerintah Cina tidak secara langsung menghilangkan sistem hukou ini, melainkan melaksanakan pelonggaran terhadap sistem hukou tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya migrasi penduduk besar-besaran pada sekitar tahun 1990. Para penduduk desa ini biasanya bekerja pada bidang infrastruktur seperti pembangunan jalan, gedung, jembatan. Kemudian ada yang bekerja sebagai buruh industri dan pedagang. Penduduk desa yang mencara mata pencaharian di kota ini tidak menyewa atau mengontrak rumah, melainkan mendirikan rumah atau gubuk di pinggiran kota. Fenomena lainnya yang dapat terlihat bahwa mereka berkumpul berdasarkan asal desa atau tempat mereka tinggal. Jadi akan membentuk kampung-kampung kecil, misalnya kampung Guangdong, Zhejiang, dan lain-lain. Mungkin bila di Indonesia seperti pada zaman Batavia dulu, seperti kampung Melayu, Kampung Bali, dan lain-lain.

Pedesaan dan Pertanian

Salah satu cara lainnya untuk mengerem urbanisasi adalah meningkatkan pertumbuhan pada tingkat pedesaan. Jadi tidak akan ada lagi ketimpangan antara daerah urban dan daerah rural. Maka dengan begitu akan tercipta juga lapangan pekerjaan yang luas yang juga akan menyedot buruh pada tingkat pedesaan.

Pada awal Oktober 2008, sesi terakhir dari rapat pleno Komite Pusat Partai Komunis Cina (PKC), diadakan forum untuk reformasi dan pengembangan pedesaan. Forum ini tidak hanya diisi para petinggi PKC, tetapi juga diisi oleh para wakil dari partai non-komunis, petinggi dari Federasi Industri dan Perdagangan Cina, dan para individu yang tidak terlibat oleh partai mana pun di Cina.

Opini dan saran-saran yang diberikan untuk melanjutkan perkembangan dan reformasi pedesaan yang sudah berjalan selama 30 tahun ini adalah mendiskusikan rencana keseluruhan dari perkembangan antara kota dan desa, perlindungan tanah pertanian, perlindungan gandum, penyebarluasan teknologi pertanian dan reformasi sistem finansial.

Dari forum ini dapat terlihat bahwa Cina mulai kembali meneruskan reformasi pada tingkat pedesaan, yang pada akhir-akhir ini terlihat mulai dilupakan oleh pemerintah Cina. Mengingat akan visi Deng Xiaoping pada tahun 1990, bahwa perkembangan sektor pedesaan terbagi dalam 2 bagian, yaitu : pertama, pembubaran komune dan penerapan sistem kontrak. Kedua, pemenuhan kebutuhan akan pertanian ilmiah dan sosialisasi produksi, mengembangkan peningkatan operasi, dan mengembangkan ekonomi kolektif. (Qian Forrest Zhang dan John A. Donaldson, 2008)

Minggu, 14 September 2008

Komite Anti-Monopoli

Melihat berita yang ada di bawah ini, menunjukkan Cina semakin teguh memegang prinsip ekonomi pasar, yaitu tidak adanya monopoli. Dengan adanya komite anti monopoli tersebut keberlangsungan pasar di Cina tidak lepas dari adanya peran negara. Negara masih memegang kekuasaan tertinggi untuk mengatur jalannya pasar. Pasar tidak dibiarkan bergerak semaunya dan seenaknya. Bahkan perusahaan tidak bebas untuk melakukan merger untuk meraih keuntungan yang lebih besar melalui jalan, yaitu monopoli. Berikut di bawah ini merupakan terjemahan berita terkait Komite Anti-Monopoli tersebut :

09:40, September 14, 2008

Komite Sentral telah mensahkan peraturan untuk Komite Anti-Monopoli di bawah kabinet Cina, berikut berita yang berasal dari komite tersebut

Peraturan Anti-Monopoli, yang akan berlaku mulai 1 Agustus, akan memfokuskan tidak hanya pada perlindungan dan memgasilitasi kompetisi, tetapi juga mendorong konsentrasi, akuisisi, dan merger untuk meningkatkan efisiensi dalam pasar. Hal itu juga akan mendorong perusahaan untuk menjadi lebih kuat dan kompetitif, dan pada saat yang sama, mencegah merger yang tidak pantas yang menuju pada monopoli.

Berdasarkan hasil rapat, Pelaksanaan hukum tersebut akan mengamankan keinginan dari seluruh investor, termasuk investor asing, dan mencegah merger yang "jahat" dari perusahaan dalam negeri oleh perusahaan asing pada saat yang sama, dan untuk lebih memastikan keamanan ekonomi negara.

Fungsi dari Komite Sentral Komite Anti-Monopoli adalah :

-- Mengatur investigasi dan penilaian pada situasi keseluruhan dari kompetisi pasar, dan membuat laporan,

-- membuat pedoman anti-monopoli,

-- melaksanakan peraturan.

Departemen-departemen pemerintahan di Cina telah diperintahkan untuk memformulasi peraturan tambahan untuk hukum tersebut dan mendirikan data pasar pada perdagangan yang berbeda-beda.

Sumber: Xinhua

http://english.peopledaily.com.cn/90001/90776/90785/6499139.html

"Kim kadang hilang kesadaran"

Saya tertarik dengan berita mengenai Kim Jong Il yang merupakan pemimpin Korea Utara, yang sampai saat ini diberitakan terkena stroke. Bagian kiri tubuhnya mengalami kelumpuhan dan berita terakhir kadang-kadang Kim tidak sadarkan diri. Banyak pengamat, terutama Korea Selatan yang merupakan tetangganya memberikan spekulasi bila presiden dari negara komunis tersebut wafat. Spekulasinya adalah akan terjadi vakum kekuasaan sesaat akibat perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh anak-anaknya beserta para Jenderal-jenderalnya. Tetapi sampai berita ini diturunkan belum ada vakum kekuasaan di Korut. Di bawah ini merupakan cuplikan berita terakhir mengenai Kamerad Kim.

Minggu, 14 September 2008 | 22:13 WIB



TOKYO, MINGGU - Ditengah-tengah laporan baru-baru ini bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong Il jatuh pingsan dan sedang dalam tahap penyembuhan dari stroke atau pendarahan otak besar, sebuah harian Jepang, Minggu (14/9), melaporkan bahwa Kim kadang-kadang hilang kesadaran sejak April tahun ini.

Menurut Mainichi Shimbun, Kim terkadang jatuh pingsan di mejanya dan tidak dapat melakukan urusan-urusan penting Partai Buruh sebagaimana mestinya. Mengutip seorang pejabat China yang berhubungan dengan masalah Korea Utara, harian itu mengatakan bahwa penyakit Kim menjadi cukup serius pada musim panas tahun lalu ketika sejumlah organ vitalnya, termasuk ginjal dan jantung, mulai menunjukkan gejala tidak normal.

Kim, yang dikenal suka bekerja melebihi batas waktu, tidak dapat bekerja lembur sejak Mei dan Juni, ketika kondisinya menjadi lebih serius. Ketika para pejabat mulai menyadari jika pemimpin Korea Utara itu acapkali hilang kesadaran sejak April, tugas-tugasnya mulai dikurangi. Kim fokus menjalani proses penyembuhan hampir selama dua bulan, kata harian itu, untuk melakukan pertemuan dengan wakil presiden China Xi Jinping pada Juni.

http://kompas.com/read/xml/2008/09/14/2213135/kim.terkadang.kehilangan.kesadaran

Sabtu, 13 September 2008

"Mother Earth" Marah

Bumi semakin lama semakin menunjukkan kemarahan kepada penghuninya. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya badai yang melanda benua Amerika baru-baru ini. Mulai dari Badai Gustav, Hanna, dan terakhir Ike yang mengancam wilayah Houston, Texas, Amerika Serikat. Bahkan kabar terakhir yang saya dapatkan, Badai Ike mungkin lebih parah dari Badai Rita yang melanda AS beberapa tahun yang lalu.

Akibat yang ditimbulkan dari badai-badai ini jelas sangat merugikan banyak pihak. Kemudian tidak sedikit korban yang berjatuhan. Kerugian yang ditimbulkan sangat besar. Warga Houston,AS mulai berbondong-bondong pindah atau mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Saya pada awalnya memandang hal ini sebagai hal yang biasa terjadi di benua Amerika, yang biasanya pada masa-masa peralihan ini memang sering dilanda badai. Tetapi hal ini menarik perhatian saya, karena badai yang muncul justru terus menerus atau bersifat kontinyu, bahkan bertambah parah dari badai sebelumnya. Memang kedatangan para badai ini memang tidak dapat dihentikan, tetapi seharusnya penyebabnya dapat dicegah. Hal ini mungkin pertanda bahwa bumi semakin 'marah' terhadap penghuninya yang semakin tidak bertanggung jawab terhadap tempat tinggalnya. Sebaiknya mulai dari sekarang kita mulai memelihara bumi kita tercinta yang sudah semakin rusak ini, kalau bukan kita, siapa lagi?

Seperti lagu Chrisye "Badai Pasti Berlalu"



Pengantar

Setelah sekian lama hanya melihat,membaca, dan mengagumi blog milik orang lain akhirnya saya punya blog juga. Saya akan mewarnai blog saya ini dengan tulisan-tulisan yang saya minati. Entah mengapa saya ingin membuat blog baru, setelah dua blog sebelumnya sudah terlantar, tapi semoga blog ini tidak mengikuti dua blog saya sebelumnya. Amin.