Sabtu, 21 Februari 2009

Cina dan Olimpiade

Pada bulan 8 Agustus 2008 lalu, Cina telah menyelenggarakan pesta olahraga tertua dan terbesar di dunia, yaitu Olimpiade. Mata setiap orang tertuju ke Beijing, ibukota negara dengan populasi penduduk terbanyak di dunia. Cina berhasil membuat seluruh dunia terpukau, mulai dari pembukaan hingga penutupan. Perhelatan akbar ini disambut dengan suka cita oleh rakyat Cina. Mereka dengan sangat bangga dapat menyelenggarakan pesta olahraga sebesar itu.
Pemerintah Cina mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk membangun semua infrastruktur dan fasilitas untuk olimpiade tersebut. Tidak tanggung-tanggung sebuah stadion megah dibangun khusus untuk olimpiade, yakni Stadion Sarang Burung (Bird’s Nest Stadium) dan National Aquatics Center (water cube). Rakyat Cina juga tidak berdiam diri, mereka menjadi sukarelawan. Hampir seluruh rakyat Cina belajar bahasa Inggris untuk menyukseskan olimpiade tersebut. Pada akhirnya Cina sukses menjadi tuan rumah dan juara olimpiade. Tetapi dalam perjalanan menuju olimpiade 2008 lalu, Cina menempuh jalan yang sulit. Pada bulan Mei Provinsi Sichuan dihantam gempa, masalah susu yang tercemar melamin, gerakan separatis di Xinjiang, kemudian masalah Tibet.
Pada tahun 2009 ini, Cina juga mengawali tahun kerbau ini dengan cukup berat yakni krisis finansial global. Tetapi hal ini tidak menyurutkan Cina untuk menyelenggarakan pesta olahraga di awal tahun ini, yaitu 24th Winter Universiade (WU) . Universiade adalah pesta olahraga dunia untuk tingkat universitas. Universiade ini dibagi menjadi dua yaitu, Musim Panas dan Musim dingin. WU ke-24 diadakan di “kota es”, yaitu Harbin. Kota ini merupakan ibukota provinsi Heilongjiang yang berada di Timur Laut Cina. WU ke-24 diadakan mulai tanggal 18-28 Februari 2009.

Soft Power
Menurut Joseph S. Nye Jr, profesor dari Harvard, mengatakan bahwa ada 2 jenis kekuatan, pertama hard power atau memerintahkan negara lain untuk melakukan sesuatu dengan cara kekerasan. Kedua, soft power atau ketika suatu negara mendapatkan sesuatu yang diinginkan melalui negara lain tanpa kekerasan. Contoh kekuatan Soft power ini adalah kekuatan yang mampu mempengaruhi negara lain seperti budaya, ideologi, dan institusi.
Lain halnya dengan Joshua Kurlantzick, penulis buku Charm Offensive, kekuatan lunak tidak terbatas, tetapi lebih luas. Tidak hanya pada tingkat keamanan saja, melainkan semua elemen, termasuk investasi dan bantuan.
Dengan suksesnya Olimpiade 2008 sudah membuktikan Cina memiliki kekuatan lunak yang kuat. Disusul dengan prestasi para atletnya yang tidak kalah bersinar, dengan merebut juara umum olimpiade. Penyelenggaraan WU ini dirasa cukup berat dengan mengawali tahun 2009 dengan krisis finansial global yang melanda seluruh dunia. Akan tetapi hal itu tidak membuat semangat Cina menjadi surut.
Pada WU ke-24 ini, Cina mengeluarkan dana sebesar 2.6 miliyar Yuan (US$ 370 juta) untuk merenovasi fasilitas olahraga. Lebih dari 3000 sukarelawan berpartisipasi dalam WU ini dan 100 di antaranya merupakan sukarelawan dari olimpiade 2008 lalu. Selain memperbaiki fasilitas, Cina juga sudah mempersiapkan acara pembukaan yang meriah. Kemudian satuan keamanan anti-terorisme sudah siap mengamankan kelangsungan acara ini. 82 cabang olahraga yang akan diperlombakan, hal ini membuat WU terbesar dalam sejarah.
Bila WU kali ini berjalan dengan lancar, hal ini akan mendongkrak Cina untuk pertama kalinya menyelenggarakan Olimpiade Musim Dingin. Tanggapan positif sudah diutarakan oleh George Killian, Presiden FISU (International University Sports Federation), mengatakan bahwa Cina sangat berpotensi menyelenggarakan Olimpiade Musim Dingin tahun 2018. Di samping itu, hal ini juga membuktikan Cina akan mampu menyelenggarakan Asian Games 2010 di Guangzhou dan Summer Universiade 2011 di Shenzhen.

Hard Power
Seiring dengan soft power yang semakin solid, Cina juga mengembangkan hard power-nya. Kekuatan militer Cina terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan SMF (Special Missile Force). Angkatan darat Cina merupakan terbesar di dunia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian Cina dalam 3 dekade terakhir ini, anggaran untuk militer juga semakin besar.
Cina memang membutuhkan anggaran yang tidak kecil untuk memodernisasikan Tentara Pembebasan Rakyat (TPR). Mengingat bahwa instrumen-instrumen militer yang dimiliki Cina dapat dikatakan kuno dibandingkan dengan AS dan Rusia. Di samping itu Cina juga harus siap untuk mengamankan wilayah yang luas dan rakyat yang banyak.
Cina mau tidak mau mempersiapkan diri untuk menghadapi ancaman dari dalam seperti gerakan separatis Xinjiang dan masalah Tibet. Dan juga menghadapi ancaman dari luar seperti Taiwan, Nuklir Korea Utara, ditambah dengan perompak di Selat Malaka dan Somalia.
Menurut You Ji, Professor dari University of New South Wales, anggaran militer Cina pada tahun 2008 sebesar US$ 60 Miliar, dan akan menjadi meningkat dua kali lipat setiap enam sampai tujuh tahun. Dapat diprediksikan bahwa pada tahun 2015, Cina akan memiliki anggaran militer sebesar US$ 120 Miliar. Meskipun anggaran ini masih lebih rendah dibandingkan dengan AS.
Ia juga mengatakan bahwa kunci dari tranformasi militer Cina adalah memodernisasi bidang Teknologi Informasi (IT) untuk mewujudkan kekuatan militer berteknologi tinggi. Kemudian perubahan misi dari setiap angkatan juga menjadi tujuan tranformasi militer Cina. Angkatan Udara mengubah misinya dari tactical force menjadi strategic force. Angkatan Laut senada dengan Angkatan Udara, dari coastal defense menjadi blue water defense, yang menekankan pada kekuatan serangan. Kemudian SMF juga menjalankan misi penyerangan dengan ditambahnya peluru kendali, baik nuklir maupun yang konvensional.