Rabu, 13 Januari 2010

Ada Naga Di Antara Seribu Gajah

Pada 9 Desember 2009, Southeast Asian Games telah dibuka di Vientiane, Laos. Hal ini menjadi hal yang bersejarah bagi Laos yang untuk pertama kalinya menggelar SEA Games. Pada SEA Games ke-25 ini, Laos berusaha untuk menjadi tuan rumah yang baik. Meskipun negara mereka mengalami ketertinggalan ekonomi dibandingkan negara-negara lainnya di ASEAN.
Dalam rangka menyelenggarakan pesta olahraga rutin dua tahunan di kawasan ASEAN ini, Laos membangun stadion nasional yang berkapasitas 20.000 ribu penonton. Pembangunan ini didukung oleh negara-negara lainnya seperti saudara tua Laos yakni Vietnam dan Thailand. Kemudian sahabat baru Laos yaitu Cina. Masuknya Cina ke dalam kawasan ASEAN ini sudah dimulai sejak tahun 1990an. Tetapi kemudian hubungan di antara kedua belah pihak semakin mendalam dengan bergabungnya Cina sebagai mitra wicara ASEAN dan akhirnya menciptakan kerangka hubungan baru antara lain ASEAN+3 dan ASEAN+1.
Dalam hal ini, kita akan melihat bagaimana perkembangan hubungan antara Cina dan Laos, yang merupakan salah satu negara termiskin di ASEAN.

Memperdalam Hubungan
Hubungan antara kedua negara ini mulai mesra sejak Perdana Menteri Kaysone melaksanakan kunjungan ke Beijing pada tahun 1989. Kemudian tiga tahun berselang, Cina dan negara-negara di wilayah Mekong mendirikan Greater Mekong Subregion (GMS). Hubungan ini diprakarsai oleh Asian Development Bank (ADB). Hubungan ini diharapkan dapat menumbuhkan perekonomian di wilayah Mekong. Cina memainkan peranan dalam mengembangkan hubungan ekonomi regional di kawasan tersebut dan mengintegrasikan pembangunan antara Mekong dan wilayah barat daya Cina. Dengan demikian kemiskinan di wilayah Mekong dapat diberantas.
Cina mulai membangun hubungan baik dengan ASEAN. Diawali dengan bertindak sebagai mitra wicara. Kemudian hubungan antara Cina dan ASEAN semakin mendalam dengan ditandai terbentuknya hubungan ASEAN+3 dan ASEAN+1. Pada tahun 2010, Cina-ASEAN akan memulai perdagangan bebas.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, Cina menguasai sebagian besar ekonomi Laos, mulai dari pertambangan, tenaga air, karet, ritel sampai bidang perhotelan. Pada tahun 2008, pemerintah Yunnan telah menyelesaikan cetak biru atau disebut dengan Northern Plan, yang berisi rencana untuk mengembangkan sektor-sektor industri pada bagian utara Laos pada tahun 2020. Bahkan Cina akan membuat dan meluncurkan satelit untuk Laos. Tidak hanya satelit saja, Cina juga akan membangun stasiun pencari satelit dan jaringan komunikasi.
Untuk mengembangkan pada sektor pariwisata, sudah dibuka penerbangan langsung dari Hong Kong ke Laos. Kemudian pada tanggal 6 November 2007, China Southern Airlines membuka jalur penerbangan dari Guangzhou menuju Vientiane. Pada tahun 2007, 40% investasi asing di Laos berasal dari Cina, yang total investasinya mencapai AS$ 1.1 miliar terhitung hingga akhir Agustus 2009.
Perdagangan antara Laos dan Cina mencapai AS$ 250 juta pada tahun 2007 dan akan terus meningkat hingga AS$ 1 miliar dalam beberapa tahun mendatang. Pada tahun 2008, nilai ekspor Laos menuju Cina mencapai AS$ 140.4 juta atau 8.5 % dari total ekspor Laos. Menjadikan Cina sebagai negara tujuan ketiga ekspor Laos. Sedangkan Laos merupakan pasar baru untuk barang-barang murah dari Cina. Impor barang dan jasa dari Cina meningkat hingga 85 % yakni senilai AS$ 318.3 juta.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, orang-orang yang berasal dari daratan Cina yang menetap di Laos meningkat secara stabil. Tercatat lebih dari 30.000 orang menetap di Laos, tidak hanya di bagian utara saja, tetapi juga di Vientiane.


Sisi Negatif
Magnus Andersson, Anders Engwall, dan Ari Kokko mengatakan bahwa efek utama dari hubungan antara kedua negara ini adalah pertama, peningkatan permintaan komoditas utama Laos oleh Cina. Kedua, peningkatan barang-barang, terutama dari sektor manufaktur, Cina yang masuk dan bersaing dengan barang-barang produksi domestik Laos. Ketiga, peningkatan perdagangan di bagian utara Laos yang berbatasan langsung dengan Cina.
Ketiga efek ini tidak hanya menimbulkan dampak positif tetapi juga menimbulkan dampak yang negatif bagi Laos. Dengan masuknya barang-barang dari Cina, produsen domestik akan mengalami kesulitan untuk bersaing dengan barang-barang dari Cina, yang lebih murah dan memiliki kualitas yang lebih baik.
Daniel Allen menyebutkan bahwa Boten, sebuah kota di bagian utara Laos yang merupakan zona ekonomi spesial, dipenuhi oleh segala hal yang berbau Cina. Mulai dari restoran sampai judi. Warga Laos tidak diijinkan untuk berjudi, tetapi warga Cina bebas berjudi dan melewati perbatasan tanpa memerlukan visa. Kemudian warga kota Boten yang lama direlokasi sejauh 20 km. Kekhawatiran akan eksploitasi alam yang berlebihan juga meningkat. Banyak binatang yang dijual menuju Cina, mulai dari yang umum hingga spesies yang langka.
Sungguh disayangkan bila Laos berada dalam situasi yang seperti ini. Mungkin di masa yang akan datang dampak negatif yang ditimbulkan Cina akan meningkat. Untuk kebaikan kedua negara, pemerintah Cina maupun Laos mempertimbangkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh hubungan ini.

Tidak ada komentar: