Rabu, 13 Januari 2010

Cina dan Perubahan Iklim

Pertemuan yang ditunggu-tunggu telah tiba, tanggal 7-18 Desember, semua mata tertuju ke ibukota Denmark, yakni Kopenhagen. United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) merupakan konvensi yang akan membahas perubahan iklim di bumi yang semakin hari semakin panas.
Dunia bersatu dalam satu konvensi untuk memikirkan planet yang kita tempati bersama. Bersama-sama mencari solusi untuk mencegah perubahan iklim ke tingkat yang lebih parah. Berdasarkan produksi karbondioksida yang dihasilkan di seluruh dunia, Cina menempati urutan pertama negara yang memproduksi gas buang CO2 tertinggi melewati Amerika Serikat (AS). Tidak heran Cina menjadi sorotan utama dalam pertemuan tersebut bersama dengan AS.
Apa langkah-langkah yang telah diambil Cina dalam menghadapi perubahan lingkungan?

Langkah Cina

Pada Maret 2008, Kongres Rakyat Nasional mengesahkan Departemen Perlindungan Lingkungan. Sebelum berdirinya departemen ini, badan perlindungan lingkungan ini disebut State Environmental Protection Administration (SEPA).
Departemen yang dipimpin oleh Zhou Shengxian ini, bertugas melakukan serangkaian perlindungan lingkungan. Mulai dari pengawasan, perencanaan undang-undang, serta pelaksanaan dari undang-undang tersebut.
Berselang tujuh bulan, Cina mengeluarkan China’s White Paper on Climate Change yang diberi judul “Kebijakan dan Aksi Cina dalam Menghadapi Perubahan Iklim”. Dengan adanya program ini langkah Cina semakin kokoh dan jelas dalam menghadapi masalah perubahan iklim. Sebelumnya pada bulan Juni 2007, Cina sudah mengeluarkan “Program Nasional Perubahan Iklim Cina”.
Aksi untuk melindungi lingkungan sudah dilaksanakan Cina sejak tahun 1970an. Pada saat itu, Cina sudah menetapkan prinsip-prinsip untuk mengatur dan mengalokasi pengeluaran dari perlindungan lingkungan.
Prinsip-prinsipnya adalah pertama, menekankan pada tindakan pencegahan dan secara ketat mengontrol sumber polusi baru. Kedua, menetapkan pencegahan polusi harus dimulai pada saat proses industri berlangsung. Ketiga, pelaku pecemaran harus menanggung biaya pemulihan lingkungan. Keempat, memberikan bantuan finansial kepada para perusahaan yang berupaya untuk mencegah polusi. Kelima, mengontrol polusi secara terpusat untuk mengurangi masalah-masalah lingkungan di perkotaan.
Bahkan pemerintah Cina telah melakukan investasi untuk penghematan energi. Pada tahun 1991-1993, Cina meningkatkan investasi mencapai 17 miliar Yuan untuk konstruksi modal dan konservasi energi.
Li Keqiang pada bulan Agustus 2009, mengadakan rapat mengenai survei nasional tentang polusi. Dalam rapat ini, Li menghimbau untuk terus menjaga lingkungan dan menyelesaikan masalah mengenai polusi ini, yang bertujuan untuk menjaga pembangunan berkelanjutan di Cina dan meningkatkan kualitas dan standar hidup rakyatnya.



Tantangan Cina

Cina menghadapi tantangan yang berat akibat perubahan iklim ini. Tantangan ini tidak bisa tidak ditangani dan diberi perhatian yang lebih serius.
Cina akan menghadapi salah satu krisis air terparah di dunia. Pemanasan global akan menyebabkan menurunnya curah hujan di daerah utara Cina dan meningkatkan curah hujan di bagian selatan Cina. Akibatnya daerah utara akan mengalami kekeringan, sedangkan banjir akan terus mengancam daerah selatan Cina.
Selain krisis air, Cina juga akan menghadapi krisis pangan. Berdasarkan laporan Pemerintah Cina dan Inggris pada bulan September 2004, produksi Beras, Gandum dan Jagung Cina selama 20 hingga 80 tahun ke depan akan mengalami penurunan hingga 20-37 persen. Dapat dibayangkan Cina akan kesulitan memberi makan rakyatnya yang mungkin pada saat itu penduduknya sudah mencapai 2 miliar lebih.
Kemudian kasus pencemaran lingkungan yang terus berlangsung akan menambah daftar tantangan Cina dalam menghadapi perubahan iklim. Seperti contohnya bulan Agustus lalu, terdapat kasus pencemaran lingkungan. Kasus pencemaran timah oleh Perusahaan Dongling di provinsi Shaanxi, kemudian terjadi kembali kasus pencemaran yang terjadi di Kunming, Yunnan. Hal ini merupakan sebagian kasus pencemaran yang terjadi di Cina. Pencemaran ini membawa dampak buruk yakni 615 anak menjadi korban pencemaran di Shaanxi, kemudian 200 anak menderita keracunan di provinsi Yunnan.
Pencapaian yang sungguh positif dalam bidang ekonomi tetapi negatif di bidang lingkungan terjadi pada tahun 2004. Cina menjadi produsen mobil keempat terbesar di dunia dan konsumen ketiga terbesar. Tingkat kepemilikan mobil di Cina meningkat 19 persen per tahun. Dampak yang muncul adalah masing-masing meningkatkan pendapatan dan karbondioksida.
Dalam menjawab tantangan tersebut sungguh tidak semudah membalik telapak tangan. Banyak hambatan yang merintangi langkah Cina untuk menjaga lingkungan. Dibutuhkan sinergi antara satu negara dengan negara lainnya. Karena hal ini merupakan masalah bersama dan menyangkut nyawa seluruh makhluk hidup di seluruh dunia.

Tidak ada komentar: