Selasa, 12 Mei 2009

60 Tahun Angkatan Laut Cina

Mulai dari tanggal 20-23 April 2009, selama 4 hari tersebut Cina merayakan hari jadi Angkatan Laut (AL) Cina yang ke-60. Pada tanggal 23 April 2009, Cina menyelenggarakan parade AL terbesar sepanjang sejarah Cina. Dalam parade ini, Cina memperlihatkan kekuatan AL yang dimilikinya, mulai dari Kapal Selam, Kapal Penghancur, Frigate, dan Kapal yang memiliki fasilitas seperti Rumah Sakit, Cina juga mengeluarkan kapal selam terbarunya, yang berkekuatan tenaga nuklir dalam parade ini. Perayaan yang diadakan di Qingdao, Provinsi Shandong ini bertemakan “Peace, Harmony, Cooperation”.
Seperti diberitakan di situs news.xinhua.net (23/04/2009), 14 negara menghadiri perayaan akbar ini dengan mengirimkan kapal-kapal perangnya, mulai dari Rusia, Jepang, India, Korea Selatan, Pakistan, Bangladesh, Amerika Serikat, Mexico, Brazil, dan lain-lain. Negara-negara ini mengikuti rangkaian acara yang terdiri dari Seminar, Lomba Sampan, dan review armada AL.
Bila dilihat betapa meriahnya parade yang diadakan oleh Cina ini, dapat dikatakan bahwa Cina ingin memperlihatkan hard power yang dimilikinya. Hal ini juga menunjukkan bahwa perkembangan AL Cina sangat pesat selama 60 tahun sejak berdirinya pada tanggal 23 April 1949. Perkembangan kekuatan militer Cina pada umumnya dan AL Cina pada khususnya berjalan seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang begitu cepat, sejak dilakukannya “Reformasi dan Keterbukaan” pada akhir tahun 1978.
Meskipun dengan perkembangan AL Cina yang begitu pesat, menurut “White Paper : China National Defense in 2008”, Cina tidak akan menjadi sebuah kekuatan hegemoni, maka negara lain tidak perlu merasa terancam dengan perkembangan militer Cina. Karena Cina dengan teguh memegang prinsipnya untuk mewujudkan “harmonius ocean”.
Akan tetapi AL Cina juga masih memiliki banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Salah satunya adalah Cina belum memiliki kapal induk, hal ini menjadi tujuan utama AL Cina dalam mengembangkan angkatan tempurnya. Seperti diwartakan oleh news.xinhua.net (16/04/2009), Laksamana Wu Shengli, Komandan AL Cina, mengatakan bahwa Cina juga akan mengembangkan kapal perang dalam skala besar, kapal selam dengan kemampuan stealth, Kapal dengan kekuatan supersonik, Misil jarak jauh, torpedo untuk laut dalam, dan mengembangkan Teknologi Informasi.

Misi dan Insiden
Pada 26 Desember 2008, Cina mengirimkan armada Angkatan Lautnya ke Teluk Aden dalam rangka menumpas perompak yang sering muncul di dalam kawasan tersebut. Hal ini menurut David Lai, Profesor di United States Army War College, mengatakan bahwa langkah ini merupakan langkah yang signifikan dalam misi baru Tentara Pembebasan Rakyat (TPR) di abad ke-21 ini dan Cina juga menjadi sebuah kekuatan dunia yang “berfungsi sepenuhnya” dalam masalah keamanan internasional.
Tetapi tujuan utama pengerahan armada ini adalah untuk mengamankan kapal-kapal dagang Cina yang melintasi Teluk Aden tersebut. Perompakan ini akan menjadi hambatan Cina dalam melakukan perdagangan dengan negara lain. Selain itu, Cina juga memikirkan perompak di kawasan Selat Malaka. Meskipun sebenarnya tiga negara, Indonesia, Singapura dan Malaysia yang wajib untuk menjaga keamanan kawasan tersebut. Tetapi bila tiga negara ini tidak sanggup lagi mengamankan wilayah selat tersebut, Cina mau tidak mau akan ikut serta mengamankan wilayah tersebut
Di satu sisi Cina melakukan misi penumpasan perompak untuk dunia internasional, di sisi lain Cina juga terlibat dalam suatu insiden di Laut Cina Selatan yang melibatkan kapal USNS Impeccable dengan lima kapal nelayan Cina. Konfrontasi ini dianggap konfrontasi “paling serius” yang terjadi di antara kedua negara. Setelah tahun 2001, terjadi konfrontasi di udara antar pesawat dari kedua negara yang memaksa pesawat pengintai AS mendarat di Pulau Hainan. (global.nytimes.com 10/03/2009)
Menurut Andrew Browne dan Gordon Fairclough dalam artikel di Wallstreet Journal Online (18/04/2009), mengatakan bahwa insiden ini disebabkan oleh strategi kejutan dan rahasia yang diterapkan oleh Cina yang membuat Amerika lengah. Strategi ini disebut dengan strategi “Assassin’s Mace”, ibarat menyembunyikan pedang. Dengan demikian pihak militer percaya bahwa pasukan yang memiliki teknologi yang lebih kuno dapat mendapatkan keuntungan dari pasukan lawan yang memiliki teknologi yang lebih canggih.
Tetapi insiden ini sebenarnya lebih mengarah pada kebijakan pertahanan nasional yang diterapkan oleh Cina yaitu active defense. Cina dengan waspada dan sigap mengamankan wilayahnya dari ancaman yang dilakukan pihak luar. Meskipun Amerika sendiri tetap membela diri bahwa kapalnya masih berada di wilayah internasional. Sedangkan pihak Cina menganggap Amerika telah memasuki wilayah Zona Ekonomi Ekslusif Cina dan melakukan tindakan pengintaian.
Oleh karena itu, dengan adanya parade AL dan dihadiri 14 negara, maka akan terwujud suatu dialog yang dapat membuat pengertian antara AL satu negara dengan negara lainnya. Komandan Richard Dromerhauser dari AL Amerika, mengatakan bahwa acara ini merupakan kesempatan yang baik untuk berbagi ide, dan melakukan komunikasi langsung dengan Cina jauh lebih baik daripada harus membaca mereka. (news.xinhua.net 20/04/2009)

Indonesia-Cina
Hubungan Indonesia-Cina juga dalam hubungan yang mesra dalam 4 tahun belakangan ini. Sejak ditandatanganinya Kemitraan Strategis antara kedua negara pada tahun 2005, membuat hubungan antara kedua negara ini semakin dekat.
Pada tahun 2007, Indonesia telah melakukan langkah yang cukup signifikan dalam melakukan kerja sama militer dengan Cina, yakni ditandatanganinya sebuah perjanjian di bidang pertahanan antara kedua negara. Akan tetapi akan lebih baik lagi bila Indonesia bisa mengembangkan hubungan kedua negara ini dalam industri militer dan pengembangan misil. Mengingat Cina mampu meluncurkan Roket berawak 3 Taikonot ke luar angkasa dan meluncurkan misil untuk menghancurkan satelit di luar angkasa. Sebaiknya Indonesia dapat memanfaatkan hubungan yang mesra ini untuk kemajuan Indonesia.

Tidak ada komentar: