Senin, 31 Agustus 2009

Dalai Lama dari Xinjiang

Kerusuhan di Xinjiang pada tanggal 5 Juli 2009, yang menyebabkan ratusan orang meninggal dan ribuan orang luka-luka. Siapa yang harus bertanggung jawab atas tragedi ini?
Pemerintah Cina menganggap kerusuhan di Xinjiang bukan bentrokan antar etnis Uighur dan etnis Han, meskipun ratusan orang Han dan puluhan orang Uighur menjadi korban dalam peristiwa tersebut. Menurut pemerintah Cina, kejadian ini merupakan tindak kejahatan, dan setiap kejahatan ada dalangnya. Cina menganggap kejadian mengenaskan ini dikomandokan oleh Rebiya Kadeer.

Tersangka
Pemerintah Cina menjadikan Rebiya Kadeer tersangka dalam tragedi 5 Juli 2009. Siapa Rebiya Kadeer? Ia merupakan pemimpin separatis dari Xinjiang, yang kemudian menjadi pemimpin dari World Uighur Congress (WUC). Rebiya Kadeer merupakan seorang milyuner perempuan dari provinsi yang kaya sumber alam ini dan dinobatkan pada tahun 1995 sebagai orang terkaya kedelapan di Cina. Reformasi dan Keterbukaan yang membawa Rebiya ke puncak kekayaan. Kemudian kebijakan “Pergi ke Barat”, yang merupakan kebijakan untuk memajukan daerah barat Cina, menjadikannya semakin makmur.
Kemudian kesuksesannya berlanjut, Rebiya menjadi anggota Komite Nasional untuk Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Cina (CPPCC). Badan ini merupakan badan penasehat tertinggi di Cina.
Akan tetapi kesuksesannya tidak berlangsung lama, karena pada tahun 1999, Rebiya dipenjara karena masalah politik, membahayakan bagi negara, dan masalah penyelewengan pajak. Ia dihukum selama 6 tahun, karena pada tahun 2005, Rebiya dibebaskan dan kemudian mengasingkan diri ke Amerika sampai sekarang.
Setelah peristiwa kerusuhan tersebut Rebiya ternyata dibenci oleh para pengguna internet di Cina. Bahkan nama Rebiya Kadeer disensor di Cina. Hal ini menunjukkan bahwa Rebiya sudah menjadi musuh publik dan berbahaya bagi Cina. Sensor ini juga berlaku bagi kata Falun Gong dan demokrasi.

Hubungan Luar Negeri
Kunjungan Rebiya ke Jepang pada tanggal 29 Juli 2009, menuai banyak kecaman dari pemerintah Cina. Hal ini juga semakin memperburuk hubungan antara Cina dan Jepang, yang pada beberapa tahun terakhir ini mulai kelihatan membaik. Hubungan yang mulai membaik ini terlihat dari perdagangan dan investasi oleh kedua negara meningkat sejak 20 tahun terakhir ini.
Pihak Jepang menerima Rebiya di Jepang karena memang tidak ada misi politik dalam kunjungan Rebiya. Tetapi Cina beranggapan lain, apalagi Cina masih sensitif setelah terjadinya kerusuhan di awal bulan Juli tersebut. Menurut Harian Rakyat (31/07/09), bagi Jepang kunjungan Rebiya ke Jepang merupakan kunjungan bisnis rutin dan tidak akan merusak hubungan antara Cina dan Jepang. Sedangkan bagi Cina mengijinkan Rebiya masuk Jepang mengakibatkan rusaknya image Jepang di mata Cina.

Mengingat bahwa konstalasi politik di kawasan Asia Timur masih belum stabil, karena masih ada Korea Utara yang menjadi isu panas akhir-akhir ini. Hal ini juga disebabkan oleh kedua negara yang menjadi bagian dari perundingan enam negara (Six Party Talks) yang membahas nuklir Korea Utara. Bila kedua negara juga menunjukkan ketegangan, maka tidak akan terwujud kawasan yang kondusif di Asia Timur.
Setelah dari Jepang, Rebiya juga berencana untuk mengunjungi Negeri Kangguru, Australia. Rencananya Rebiya datang ke Australia untuk menghadiri Festival Film Melbourne yang menayangkan film dokomenter mengenai dirinya pada tanggal 8 Agustus. Kemudian pada tanggal 11 Agustus direncanakan akan menghadiri Klub Pers Nasional dan memberikan pidato yang ditayangkan di televisi.
Cina tidak berpangku tangan, tetapi langsung bereaksi terhadap kunjungan Rebiya ke Australia. Respon yang dilakukan Cina adalah meminta panitia Festival Film Melbourne untuk menarik film dokumenter mengenai Rebiya Kadeer. Kemudian terjadi peristiwa hacking yang mengganggu penjualan tiket festival film tersebut, terutama untuk film dokumenter tersebut dan memunculkan bendera Cina pada komputer-komputer milik panitia festival tersebut. Protes-protes juga dilakukan oleh para sutradara dari Cina yang mengundurkan diri dan menarik filmnya dari festival.
Hubungan antara Cina dan Turki juga mengalami kerenggangan. Turki merupakan negara yang sangat mendukung etnis Uighur, yang memang memiliki kedekatan budaya di antara keduanya. Warga negara Turki merupakan pemrotes paling lantang di antara negara-negara lainnya dan menjadi satu-satunya negara yang secara jelas memprotes Cina setelah kerusuhan terjadi. Kemudian menjadi negara yang langsung menyetujui permohonan visa dari Rebiya Kadeer. Rebiya mendapatkan dukungan penuh dari Turki.
Kunjungan-kunjungan yang dilakukan oleh Rebiya mirip dengan Dalai Lama. Kunjungan ini juga bersifat diplomasi dan mencari dukungan dari negara yang dikunjungi. Tidak hanya kunjungan-kunjungan yang meniru Dalai Lama tetapi pengasingan yang dia lakukan juga mengikuti Dalai Lama. Hal ini diharapkan dapat menarik simpati dari banyak pihak, yang pada akhirnya Xinjiang dapat terlepas dari Cina.
Menurut The Economist (09/07/09), Rebiya Kadeer bukanlah seorang Dalai Lama, kepopuleran yang dimiliki oleh Dalai Lama jauh lebih besar daripada Rebiya Kadeer. Dalai Lama merupakan pemenang Nobel di bidang perdamaian. Jadi jalan masih panjang bagi Rebiya untuk menjadi seperti Dalai Lama. Dan sudah tentu pemerintah Cina tidak akan tinggal diam terhadap aksi-aksi yang dilakukan oleh Rebiya Kadeer selanjutnya.

Tidak ada komentar: